Jumat, 04 Maret 2011

r!n3uwF@

aneh y ngeliat judulnya????...
r!n3uwF@ tu cuma manipulasi huruf aja, biar keliatannya lebih keren...hehehe
r!n3uwF@ itu nama genkku waktu SMA. maklumlah waktu itu masih remaja labil, jd punya genk tu sebuah kebanggaan tersendiri. apalagi bisa setenar genk kami, meski tenarnya cuma sesekolah aja.
genk kami terdiri dari delapan cewek gila yang mungkin dianggap kurang kerjaan. kedelapan cewek gila itu antara lain "R"ia, "!"pung (aku alias si penulis), "N"ovie, "3"va, "U"ut, de"W"ie, "F"enti, dan yang trekhir "@"nink. (yupz, huruf yang dikasih tanda petik itu adalah asal usul nama genk kami. eemmm,,,gak mudeng y???aku juga bingung jelasinnya gimana.. maksudku, kata r!n3uwF@ itu di ambil dari huruf-huruf yang tercantum pada nama kami...geeetttttooooo!!!!!!!!!!!).
lebih lengkapnya aku sebutin satu per satu nama-nama anggota genk kami.
__ Ria : nama lengkapnya Ria Haryati. kami sering memanggilnya ndut. cewek yang satu ini paling tenang diantara teman-teman segenkku yang lain. disaat yang lain ribut dan banyak omong, dia bisa tenang sendiri, tapi terkadang ikut rame juga sih, justru kadang heboh sendiri. diantara berdelapan, dia yang paling duluan tobat pake kerudung..hehehe.. dia bareng aku kuliah di UNNES

__Ipung : ini aku si penulis naskah...hehehehe... nama lengkapku Fajar Purwo Kinasih, heran juga kenapa bisa dipanggil ipung. aku tu orangnya........ hmmmmm bingung juga menjelaskan tentang diriku sendiri.. mungkin temen-temenku aja dh yang mendeskripsikan gemana aku...
__Novie : nama lengkapnya Novi Dwi Handayani. kami sering panggil dia Noblenk. anggota genk kami yang satu ini pokoknya klo udah ngomong gak bisa diem, cerewetnya minta ampun. apalagi klo lagi nasehatin orang,,, uuuhhhh gak bakal ada yang tahan.. dia sekarang nerusin kuliah di UMP. dan rumah noblenk itu markas kami. nanti aku ceritain lebih lengkapnya..
__Eva : Eva Purwasih, itu dia nama lengkap cewek yang satu ini. temenku yang satu ini paling sensitif, sering ngambek, klo udah ngambek,,,bibirnya langsun manyun...hehehehe.... tapi eva ni temen terdekatku diantara teman-teman segenkku yang lain... dia sekarang meniti karier di jakarta.
__Uut : lengkapnya Normalita Dwi Utami. selain teman segenk, dia juga tetanggaku, selisih hanya 5 rumah aja. sejak TK kami sekolah di sekolah yang sama kecuali waktu SD. uut juga orangnya sensitif, gampang marah juga. di kuliah juga ambil perpustakaan
__ Dewie : cewek pecinta sapi  yang satu ini nama lengkapnya Dewi Retno Nurhasanah. dia hampir sama cerewetnya ama novie,,,bahkan kadang saingan klo ngomong. kami lebih seringdia juga kuliah di UMP
__Fenti : Fenti Hikamatul Maulida, itu nama lengkap cewek mungil ini. sama hanya dengan dewie dan novie, fenti juga cerewet bgt. tapi dibalik cerewetnya fenti,, dia punya hati yang lembut dan mudah memaafkan, ada suatu peristiwa yang bikin aku jadi menilai fenti seperti itu, tentunya berhubungan dengan genk kami. dia juga meniti karier di majenang.
__Anink : temenku yang ini nama lengkapnya Mardianing Kusuma Wardhani. anink tu rada sedikit lemot,, setiap kami ngobroloin sesustu, dia selalu yang paling akhir paham, yang cerita sampe capek,, yang lain mpe marah-marah dulu baru dia mudeng. tapi dia lebih dulu wisuda dibanding kami..

itulah temen-temen genk ku yang rada gila. tapi mereka berarti banget buat aku,, mungkin masa-masa SMA ku gak akan lengkap tanpa mereka...
dulu, waktu SMA, kami sering ngimpul di rumah noblenk, terus makan mie ayamnya mang ajo... hhhmmmm,,,itu mie ayam paling maknyus yang pernah ada di muka bumi ini (hahahaha...lebay..). mang ajo sampe hafal gemana mau kami masing-masing. aku mie ayam tanpa sayur, uut mie ayamnya gak pake kuah, anink, eva, n dedew kuahnya banyak, ria n fenti kayanya sh pesennya normal, klo noblenk ayamnya yang banyak,,, pke sayap kalo ada...
mamahnya noblenk juga sepertinya udah sangat terbiasa diberisikin am anak-anak r!n3uwF@, jadi gak pernah protes.
ada cerita lucu waktu kami SMA. ketika itu kami kelas dua, aku punya pacar namanya asep, noblenk juga pacarnya bernama asep,, gitu juga dedew. jadi kami bertiga punya pacar dengan nama yang sama tapi orangnya beda. dulu pernah kami main ketempat temen yang rumahnya rada jauh dari sekolah, aku di anter asep, novie juga di anter asep, waktu uut manggil asep,, eh dua-duanya nengok..hehehehe
banyak hal yang kami lewati,, dari mulai sedih, ketawa, nangis bareng, dll.
jika salah satu ada masalah kami biasanya kami omongin di lapangan basket, sebagai endingnya kami pelukan sambil nangis. mungkin bagi teman-teman lain yang ngliat kelakuan kami, kami tu kaya sekelompok cewek kurang kerjaan hingga bikin genk yang juga slalu melakukan hal-hal gak penting,, tapi bagi kami genk kami ini bener-bener berarti buat hidup kami. gak akan berakhir mpe kapanpun....
berjuta kata-kata gak akan mampu menggambarkan seperti apa r!n3uwF@,,, aku nulis kaya apapun itu tak cukup untuk menggambarkan betapa berartinya kalian di hidupku....
aku terlalu sayang tanpa kalian......
miss u r!n3uwF@....
semoga persahabatan kita gak akan berakhir mpe kapanpun...

Kamis, 03 Maret 2011

makalah sejarah revolusi: agresi militer belanda 1



AGRESI MILITER BELANDA I
Disusun sebagai tugas mata kuliah Sejarah Revolusi
Dosen pengampu : Romadi, S. Pd


Oleh :
Fajar P. Kinasih (3101407068)
Titin R. Amalia (3101407071)
Siswanto (3101406006)


JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
AGRESI MILITER BELANDA I
PENDAHULUAN
Pada bulan-bulan Oktober 1946 telah dilaksanakan perundingan-perundingan hingga disepakati suatu gencatan senjata di Jawa dan Sumatera. Pada bulan November 1946, di Linggajati (didekat Cirebon) dilaksanakan persetujuan yaitu “persetujuan Linggajati”, yang isinya adalah sebagai berikut:
1.      Pemerintah belanda mengakui kekuasaan de facto Republik Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatera.
2.      Pemerintah Indonesia dan Belanda bersama-sama akan membentuk suatu negara demokrasi federal yang berdaulat, yaitu Republik Indonesia Serikat, terdiri dari tiga negara bagian, yaitu: Republik Indonesia (Jawa dan Sumatera), Negara Bagian Kalimantan, dan Negara Indonesia Timur (meliputi semua wilayah Indonesia lainnya, yaitu wilayah-wilayah yang dulu  termasuk dalam Negara Hindia Timur Belanda, terbentang dari Jawa Timur sampai dengan Kalimantan Timur, dan  Kalimantan Tenggara)
3.      Pemerintah Indonesia dan Belanda akan bekerjasama membentuk suatu Uni Indonesia-Belanda, terdiri dari Negeri Belanda (meliputi Negeri Belanda, Suriname, Curacao), dan Republik Indonesia Serikat. Uni itu akan diketuai oleh Ratu Belanda.
4.      Uni Indonesia-Belanda dan Republik Indonesia Serikat akan dibentuk sebelum tanggal 1 Januari 1949 dan Uni tersebut akan menentukan sendiri badan-badan perwakilannya untuk mengatur masalah-masalah kepentingan bersama di negara-negara anggota, terutama masalah luar negeri.
5.      Akhirnya persetujuan itu menjamin bahwa kedua belah pihak akan mengurangi kekuatan pasukannya masing-masing dari wilayah Indonesia, tetapi secepatnya dan konsisten dengan menjaga hukum dan ketertiban, serta menjamin kedaulatan Republik atas semua tuntutan bangsa-bangsa asing untuk memperoleh ganti rugi dan mengelola hak-hak serta milik mereka di dalam wilayah-wilayah Republik. (Kahin, George McTurnan 1995:247-248)
Namun persetujuan perdamaian ini hanya berlangsung singkat. Kedua belah pihak saling tidak mempercayai dan mengesahkan persetujuan itu sehingga menimpulkan pertikaian-pertikaian politik yang sengit mengenai konsesi-konsesi yang telah dibuat. Setelah selesai perundingan di Linggajati bulan November 1946, di samping terus memperkuat angkatan perangnya di seluruh Indonesia terutama di Jawa dan Sumatera, untuk mengukuhkan kekuasaan mereka di wilayah Indonesia Timur, sebagai kelanjutan “Konferensi Malino” 15 – 25 Juli 1946, van Mook menyelenggarakan pertemuan lanjutan di Pangkal Pinang pada 1 Oktober 1946. Kemudian Belanda menggelar “Konferensi Besar” di Denpasar tanggal 18 – 24 Desember 1946, dimana kemudian dibentuk negara Indonesia Timur.  Tindakan Van Mook membenarkan keragu-raguan pemerintah dan rakyat Indonesia tentang kesetiaan Belanda dalam melaksanakan persetujuan Linggajati. Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan pasukan yang lebih banyak dari negerinya.

PEMBAHASAN
Tanggal 15 Juli 1947 van Mook mengeluarkan ultimatum agar supaya RI menarik mundur pasukannya sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Namun pimpinan RI menolak permintaan tersebut. pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam pihak Belanda melaksanakan aksinya yang pertama. Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggajati. Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, serta wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Pasukan-pasukan bergerak dari Jakartta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat (tidak termasuk banten)., dan dari Surabaya untuk menduduki Madura dan ujung Jawa Timur. Gerakan-gerakan pasukan yang lebih kecil mengamankan wilayah Semarang. Dengan demikian, Belanda menguasai semua pelabuhan perairan dalam di Jawa. Di Sumatera, perkebunan-perkebunan di sekitar Medan, instalasi-instalasi minyak dan batubara di sekitar Palembang diamankan. Pasukan-pasukan republic bergerak mundur dalam kebingungan dan menghancurkan apa yang dapat mereka hancurkan. Dibeberapa daerah terjadi aksi-aksi pembalasan detik terakhir: orang-orang Cina di Jawa Barat dan kaum bangsawan yang dipenjarakan di Sumatera Timur dibunuh. Beberapa orang Belanda termasuk Van Mook, ingin melanjutkan merebut Yogyakarta dan membentuk suatu pemerintahan Republik yang lebih lunak, tetapi pihak Amerika dan Inggris yang tidak menyukai “aksi polisional” tersebut menggiring Belanda untuk segera menghentikan penaklukan sepenuhnya terhadap republic. (Ricklefs, 1989:338-339)
Agresi ini mendorong Indonesia untuk mengadukannya pada dewan keamanan PBB, sebab agresi tersebut telah melanggar perjanjian Internasional yaitu perjanjian Linggajati. Belanda ternyata tidak memperhitungkan reaksi keras dari dunia internasional, termasuk Inggris, yang tidak lagi menyetujui penyelesaian secara militer.keterlibatan PBB justru menjebak belanda pada posisi diplomatic yyang sulit. India dan Australia sangat aktif mendukung Indonesia di dalam PBB, Uni Soviet juga memberikan dukungannya. Atas permintaan India dan Australia, pada 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang dilancarkan Belanda dimasukkan ke dalam agenda Dewan Keamanan PBB, yang kemudian mengeluarkan Resolusi No. 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar konflik bersenjata dihentikan. Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947 Pemerintah Belanda akhirnya menyatakan akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menghentikan pertempuran.
Pada 17 Agustus 1947 Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata, dan pada 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk suatu komite yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda. Komite ini awalnya hanyalah sebagai Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang netral. Australia diwakili oleh Richard C. Kirby, Belgia diwakili oleh Paul van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Dr. Frank Graham.
Pada bulan Januari 1948 tercapailah suatu persetujuan baru diatas kapal Amerika USS Renville di pelabuhan Jakarta. Pokok-pokok persetujuan sebagai berikut:
  1. Wilayah Indonesia dibatasi oleh garis demakrasi Van Mook
  2. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai kedaulatannya diserahkan kepada RIS yang segera dibentuk
  3. RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda
  4. RI merupakan bagian dari RIS
  5. Sebelum RIS terbentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintahan federal sementara.
  6. Pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah RI.

PENUTUP
·      Kesimpulan
  1. Agresi militer Belanda yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947, yang sasaran utamanya adalah di tiga tempat yaitu tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sasaran mereka adalah kawasan perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, serta wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
  2. Agresi tersebut mendapat perhatian dari Dewan Keamanan PBB serta beberapa negara yang juga mendukung Indonesia. Hingga akhirnya dibentuklah Committee of Good Offices for Indonesia (Komite Jasa Baik Untuk Indonesia), dan lebih dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN), karena beranggotakan tiga negara, yaitu Australia yang dipilih oleh Indonesia, Belgia yang dipilih oleh Belanda dan Amerika Serikat sebagai pihak yang netral.
  3. Penyelesaian agresi militer yang pertama ini yaitu dengan perjanjian Renville.

DAFTAR PUSTAKA
Kahin, George McTurnan. 1995. Nasionalisme dan Revolusi Di Indonesia. Sebelas Maret University Press dan Pustaka Sinar Harapan.
Ricklefs. 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Website:

paper sejarah indonesia kontemporer (supersemar)


UNNES
TUGAS INDIVIDU
SUPERSEMAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Kontemporer
Dosen Pengampu : Insan Fahmi Siregar, M. Hum


Oleh:
Fajar P. Kinasih
310107068
01


JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
SUPERSEMAR
Supersemar merupakan singkatan dari surat perintah sebelas maret sebab surat ini memang dibuat pada tanggal 11 maret 1966. Supersemar adalah suatu surat perintah yang dibuat pada tanggal 11 Maret  1966 dan ditanda tangani oleh presiden Soekarno yang ditujukan kepada Suharto yang isinya adalah :
Memutuskan dan memerintahkan: kepada Letnan Jenderal Soeharto, Menteri Panglima Angkatan Darat untuk atas nama Presiden/Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi:
1.      Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pimpinan Besar Revolusi.
2.      Mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah dengan panglima-panglima angkata lain dengan sebaik-baiknya.
3.      Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut diatas.

Supersemar masih merupakan misteri hingga sekarang ini, sebab keberadaan bukti dan saksi yang tidak memadai. Dengan keadaan semacam ini sehingga muncul banyak versi yang menanggapi tentang seputar kotroversi surat perintah ini.
Versi-versi yang selama ini diajarkan di buku-buku sejarah merupakan versi yang dikeluarakan oleh Markas Besar Angkatan Darat (AD). Berdasarkan versi resmi ini, pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan kabinet 100 menteri tanpa dihadiri Soeharto dengana alasan sakit. Kemudian karena situasi keamanan belum stabil, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh ke Bogor.
Kemudian Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amir Machmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Lalu dibuatkah surat perintah oleh Presiden Sukarno yang ditujukan pada Suharto yang pada saat itu menabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban.
Hal yang menjadikan supersemar masih menjadi kontroversi adalah isi dari surat perintah itu sendiri. Hal ini lebih dirumitkan lagi dengan hilangnya naskah supersemar beberapa tahun setelah naskah tersebut dibuat. Selain itu juga karena para saksi sejarah tentang surat perintah ini telah meninggal dunia. Menurut M. Jusuf, supersemar memiliki dua versi yang isinya berbeda. Penjelasannya yang berubah-ubah menambah hal ini semakin membingungkan. Ia awalnya menyebutkan Supersemar hanya satu rangkap, namun kemudian kepada Yusuf Kalla ia menyebutkan tiga rangkap. Menurut Ben Anderson, oleh seorang tentara yang pernah bertugas di Istana Bogor. Tentara tersebut mengemukakan bahwa Supersemar diketik di atas surat yang berkop Markas besar Angkatan Darat, bukan di atas kertas berkop kepresidenan. Inilah yang menurut Ben menjadi alasan mengapa Supersemar hilang atau sengaja dihilangkan.
Dengan turunnya Supersemar tersebut dianggap sebagai tonggak awal orde baru yang bertekad untuk meletakkan kembali landasan konstitusional dan kewibawaan pemerintah. Dengan turunnya supersemar pula menjadikan Soeharto untuk berkuasa penuh ketika itu hingga akhirnya dapat merebut kekuasaan.

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Insan Fahmi. 2008. Sejarah Indonesia Kontemporer. Semarang
http://yulian.firdaus.or.id/2005/03/11/supersemar/

makalah kabinet burhanudin harahap



KABINET BURHANUDIN HARAHAP

Disusun sebagai tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Kontemporer
Dosen Pengampu : Insan Fahmi Siregar, M. Hum


Oleh:
Nama               : Fajar P. Kinasih
NIM                : 3101407068
Prodi               : Pend. Sejarah
Rombel            : 01

JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
KABINET BURHANUDIN HARAHAP
Kabinet Burhanudin Harahap dimulai pada 12 Agustus 1995. Kabinet ini merupakan koalisi dari Masyumi dengan PSII, NU, PSI, dan Parkindo, sedangkan PNI menjadi oposisi.  Kabinet ini terbentuk untuk menggantikan Kabinet Ali I yang jatuh pada tanggal 24 Juli 1955. Kabinet Ali I jatuh akibat dari pengangkatan Kolonel Bambang Utoyo yang diangkat sebagai KSAD menggantikan Jenderal Bambang Sugeng dengan pangkat Jenderal Mayor, yang diboikot Kolonel Zulkifli Lubis wakil KSAD yang merasa lebih berhak menduduki KSAD tersebut daripada Bambang Utoyo yang juga invalid. Kejadian ini yang mengakibatkan gagalnya  pelantikan Bambang Utoyo tanggal 27 Juni 1955, Kolonel Zulkifli Lubis diskorsing sementara, tetapi akhirnya dicabut kembali.
Kejadian membuat wibawa pemerintah dalam hal ini Kabinet Ali I jatuh terutama terhadap Angkatan Bersenjata khususnya Angkatan Darat. Akhirnya kabinet ini menyerahkan mandatnya kembali kepada presiden pada tanggal 24 Juli 1955. Sebagai gantinya Wakil Presiden Dr. Muh. Hatta menunjuk Burhanuddin Harahap sebagai formatir kabinet. Kejadian ini baru pertama kali di Indonesia, formatir kabinet ditunjuk oleh Wakil Presiden sebagai akibat dari kepergian Soekarno naik Haji ke Mekkah.
Program-program kabinet ini antara lain:
1.      Mengusahakan pemulihan kewibawaan pemerintah
2.      Menangani masalah desentralisasi, inflasi, dan pemberantasan korupsi
3.      Perjuangan pembebasan Irian Barat
4.      Melaksanakan pemilihan umum
5.      Merealisasikan kerjasama Asia Afrika dan politik luar negeri bebas aktif
Jumlah Menteri seluruhnya termasuk Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri, Menteri Departemental, Menteri Muda, dan Menteri Negara semuanya 23 orang. Menurut partainya para Menteri itu sebagai berikut:
a.      Masyumi (4 menteri)
b.      PIR Hazairin (2 Menteri)
c.      PSII (2 Menteri)
d.     Demokrat (1 Menteri)
e.      NU (2 Menteri)
f.       PSI (2 Menteri)
g.      PKRI (1 Menteri)
h.      Partai Buruh (2 Menteri)
i.        PRN (2 Menteri)
j.        Parindra (2 Menteri)
k.      Parkindo (1 Menteri)
l.        PRI (1 Menteri)
m.    Non Partai (1 Menteri)
Dengan susunan kementrian sebagai berikut:
1.      Perdana Menteri : Mr. Burhanuddin Harahap
2.      Wakil Perdana Menteri I : R. Janu Permadi
3.      Wakil Perdana Menteri II : Harsono Cokroaminoto
4.      Menteri Luar Negeri : Mr. Anak Agung Gede Agung
5.      Menteri Dalam Negeri : Mr. R. Sunaryo
6.      Menteri Pertahanan : Mr. Burhaniddin Harahap
7.      Menteri Keuangan : Prof. Dr. Sumirto Joyohadikusumo
8.      Menteri Perekonomian : I.J. Kasimo
9.      Menteri Pertanian : Muhammad Sarjan
10.  Menteri Perhubungan : F. Laoh
11.  Menteri Muda Perhubungan : Asroruddin
12.  Menteri Agraria : Mr. Gunawan
13.  Menteri Pekerj. Umum & Tenaga : R. Panji Suroso
14.  Menteri Kehakiman : Mr. Lukman Wariadinata
15.  Menteri Perburuhan : Iskandar Tejakusuma
16.  Menteri Sosial : Sudibyo
17.  Menteri Agama : K. H. Muhammad Ilyas
18.  Menteri PP & K : Prof. Ir. Suwandi
19.  Menteri Kesehatan : Dr. J. Leimena
20.  Menteri Penerangan : Syamsuddin Sutan Makmur
21.  Menteri Negara : Abdul Halim
22.  Menteri Negara : Sutomo/ Bung Tomo
23.  Menteri Negara : Drs. Comala Ajaib Nur
Program yang telah disebutkan diatas dapat dikatakan cukup praktis dan tidak terlalu banyak. Diantaranya program kabinet ini, ada yang dapat dilaksanakan, tapi juga ada yang belum dapat terlaksana. Sebab kabinet ini umurnya hanya sebentar, yaitu sekitar 6,5 bulan saja. Program yang belum terlaksana adalah Pengembalian Irian Barat ke dalam Wilayah Negara Indonesia. Usaha ini baru berhasil pada masa pemerintahan Kabinet Kerja III yaitu pada tanggal 1 Mei 1963.
Program Kabinet yang berhasil dengan baik adalah
a.      Mengadakan perbaikan ekonomi, termasuk di dalamnya keberhasilan pengendalian harga, menjaga agar jangan terjadi inflasi dan sebagainya. Dalam masalah ekonomi kabinet ini berhasil cukup baik. Dapat dikatakan kehidupan rakyat semasa kabinet cukup makmur, harga barang tidak melonjak naik akibat inflasi.
b.      Berhasil ,menyelenggarakan pemilihan umum untuk anggota-anggota DPR.
c.      Berhasil mengembalikan wibawa pemerintah terhadap Angkatan Darat
Kabinet Burhanudin adalah kabinet yang berhasil menyelenggarakan pemilu pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia yaitu tahun 1955. Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota DPR dan Konstituante. Jumlah kursi yang diperebutkan adalah 260 kursi, sedangkan untuk Konstituante berjumlah 520 ditambah 14 wakil golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Yang bertugas manjadi ketua lembaga Pemilihan Umum adalah Menteri Dalam Negeri yaitu Mr. Sunaryo.
Jumlah orang yang hadir dalam pemilihan umum untuk memilih anggota-anggota DPR pada bulan September sangat banyak. Lebih dari 39juta orang memberikan suara, mewakili 91,5 persen dari para pemilih terdaftar. Pemilihan umu tersebut menawarkan pilihan yang paling bebas diantara sederet partai-partai yang jumlahnya tidak dibatasi, yang kesemuanya berkampanye dengan penuh semangat. Oleh karena itu, hasil-hasil pemilihan umum tersebut dapat banyak menunjukan kesetiaan-kesetiaan politik pada saat itu. Hasil pemilihan umum tersebut adalah:
partai
Suara yang sah
% suara yang sah
Kursi parlemen
% kursi perlemen
PNI
8.434.653
22,3
57
22,2
Masyumi
7.903.886
20,9
57
22,2
NU
6.955.141
18,4
45
17,5
PKI
6.176.914
16,4
39
15,2
PSII
1.091.160
2,9
8
3,1
Parkindo
1.003.325
2,6
8
3,1
Partai Katolik
770.740
2,0
6
2,3
PSI
753.191
2,0
5
1,9
Murba
199.588
0,5
2
0,8
Lain-lain
4.496.701
12,0
30
11,7
Jumlah
37.785.299
100,0
257
100,0
(Ricklefs, 1981: 377)
Sedangkan pemilu untuk anggota Konstituante dilaksanakan pada tanggal 15 desember 1955 yang bertujuan untuk memilih anggota konstituante yang bertugas untuk membentuk konstitusi negara. Hasilnya adalah PNI 119 Kursi, Masyumi 112 Kursi, NU 91 kursi, PKI 80 kursi, PSII dan Parkindo masing-masing 16 kursi.
Sebenarnya kabinet Burhanudin Harahap dalam menjalankan pemerintahan kompak dan utuh, tidak ada pertentangan dan keretakan dalam tubuh kabinet. Begitu juga tidak ada pertentangan antar partai yang ikut dalam koalisi kabinet ini, tidak seperti kabinet-kabinet sebelumnya. Sebaliknya kelompok oposisi seperti : PNI dan sebagainya tidak terlalu berusaha menjatuhkan kabinet. Sebenarnya kabinet ini masih berjalan baik. Namun, Presiden kurang merestui kabinet ini, karena yang menunjuk Burhanuddin Harahap sebagai formatir kabinet adalah Hatta, sebagai wakil Presiden.
Setelah hasil pemungutan suara diumumkan dan pembagian kursi di DPR diumumkan, maka tanggal 2 Maret 1956 pukul 10.00 siang Kabinet Burhanuddin Harahap mengundurkan diri, menyerahkan mandatnya kepada Presiden, untuk dibentuk kabinet baru berdasarkan hasil pemilihan umum. Sebenarnya kabinet ini seandainya terus bekerja tidak apa-apa selagi tidak ada mosi tidak percaya dari parlemen. Tetapi secara Etika politik demokrasi parlementer, kabinet ini dengan sukarela menyerahkan mandatnya, setelah berhasil melaksanakan Pemilu baik untuk anggota DPR maupun konstituante.
Jadi kabinet ini jatuh tidak dikarenakan keretakan di dalam tubuh kabinet, juga bukan karena dijatuhkan oleh kelompok oposisi yang mencetuskan mosi tidak percaya dari parlemen, tetapi merasa tugasnya sudah selesai. Kabinet terus bekerja sebagai Kabinet Domissioner selama 20 hari yaitu sampai terbentuknya kabinet baru yakni Kabinet Ali – Rum – Idham yang dilantik tanggal 24 Maret 1956 dan serah terima dengan Kabinet Burhanuddin Harahap tanggal 26 Maret 1956. Setelah itu Eks Perdana Menteri ataupun Menteri lagi sampai kini dalam kabinet mana pun juga dan dimana pun juga.

DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Insan Fahmi.2008. Sejarah Indonesia Kontemporer. Semarang
Ricklef, M.C. 1998. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
www.wikipedia.org