Selasa, 03 Mei 2011

slalu tentangmu

rintik hjan mlm ni msh menemani dlam perjalanan pnjang q..
Aq trsnyum ktka tiap tetes'y mkin menderas,
Mengingatkn aq tntangmu,
Slalu tntangmu.

Bbrpa saat lalu aq smpat trhnti pd sbuah titik dmana gelap it slu datang menyelimuti,
Kini,
Glap it memudar..
Smw krnamu,
Slalu km,slalu tentangmu.

diamku

bukan karena kata-kata it telah musnah,
Dan aku tak mampu lg merangkai'y..
Sungguh aku sadar,
Getaran perasaan yg kian runcing ini tak sepenuhnya dapat ku terjemahkan..
Puisi hnyalah setitik tafsir,
Dr gmuruh rindu yg tak brtepi..
Maka jgn palingkan wajahmu,
Krna diamku

aku tak benar-benar pergi

aku tak merasa kalah dlm pnantian ini.
Aku hnya merasa lelah yg tramat sngat.
Setelah mengurung hatiku dalam cinta yg tak pernah trjawab.
Aku seperti tertusuk duri yg tak pernah ku sadari sberapa dlam meninggalkn luka perih.
Meninkmati sakit'y smpai tak trasa lg luka tlah mengalir darah
Bgtu dalam'y cnta menghujam hga tak bs kubdakn lg mana tangs,mana twa.dua2'y tlah jd satu dlm btirn nelangsa
Trbta dlm kata,trtatih dlam jejak'y.
Dan trsia2 dlm rkah bhgya.
Aku mgkn blm kalah tp yg pasti aku mlai kcwa
Membwa kakiku brjalan menjauh dr cntamu
Prlahan tp pasti,trtahan tp tak pny daya aku untk kmbli.
Aku mgkn tlah prgi.tp aku tak prnh brlari darimu

terimakasih bunda

darimu,,kehdupn q brjalan
Lwt asi yg mengalir..
Darimu,, jantung q brdtak lwt sntuhn yg hngat.

Bunda..
Ciumanmu yg bwt mata q trbuka
Snandungmu yg bwt telingaku peka
Hga mlut q brucap
'aq syang bunda'
Dlm rangkak q kau yg jaga
Dlm brdiri q,trtatih q tnganmu yg ad
Smpai q brjalan dan mlai brlari
Dirimu bunda yg aq tju.
D'saat aq tkt dlm melangkah
D'saat aq tkt menatap dunia
D'saat aq lelah untk brjuang
D'saat luka mlai menyapa
"snyummu bunda,yg bwt aq kuat dlm jwa"
Mliki bunda,,aq brani mentap dnia
Dlm dkapn bnda,,aq mlepas lelah
D'pngkuan bunda ad rasa indah
Jk mntap'y ad ktnangn menyapa
..saat nafsu mlai mjd raja
Saat mrka mlai brbh0ng tntg rasa
Saat cnta mlai lari dr makna'y
Kau sibuk mengurus q agar ttp jd mutiara
Aq msh ingat bunda,ptuahmu wkt it
"anak q s'org wanita,wanta adlh mutiara dan brnaung ddlm kerang yg keras.wlo bgtu,snar'y menerangi tnp hrz dy kluar"
Dan kni aq pham,
Terimakasih bunda

ketika wanita menangis


ketika wanita menangis,,
itu bukan berarti dia sedang mengeluarkan senjata terampuhnya..

melainkan justru berarti dia sedang mengeluarkan senjata terakhirnya..


ketika wanita menangis,,
itu bukan berarti dia tidak berusaha menahannya..

melainkan karena pertahanannya sudah tidak mampu lagi membendung airmatanya...


ketika wanita menangis,,
itu bukan berarti karena dia ingin terlihat lemah...

melainkan karena dia sudah tidak sanggup lagi berpura-pura kuat.....

aku belum kalah

Senja pd ujung grmis kali ne mMprcpat laju'y uNtk tNggelam...
Mngerlingkn chya temaram pd mlam yg trSelimut mNdung tak brksudahn,,
nfas dLm hdup q tRut srta mNyesak,
mlai mNydari bhwa aQ mrnduknmu..
Sngguh mrnduknmu...
Trsa pErih mNusuk,,

aq mMang mNyerah,,
Tp aQ blm kalah..

Aq tTp sPt ne,
tTp dsni..
Mnanti hatimu dtg lg,
dan mMnta Q bRsnding mNju tman sUrga yg aBadi...

menyerah

LanGit d'kecup mNdung..
Mawar it msh tTp sm sPt saat Q tinggaL s0re kmrn..
BrLimpah drah dan airmata,,,
tp ia tak mati..
Ia hnya lelah mNanti,,
Kpn wkt yg tPat uTk ia sdar dan pRgi...

cilacap 1830-1942


CILACAP (1830-1942)
BANGKIT DAN RUNTUHNYA SUATU PELABUHAN DI JAWA

A.    Pendahuluan
Pada masa Belanda menjajah Nusantara dan menerapkan sistem tanam paksa, pada saat itulah nama Pelabuhan Cilacap mulai terkenal sebagai pelabuhan laut bagi bagi perdagangan terbuka. Dengan kata lain Taman Paksa jadi pendorong utama pertumbuhan, perkembangan, dan juga merosotnya peran pelabuhan Cilacap.
Cilacap merupakan pelabuhan yang unik karena terletak di luar tradisi pelayaran dan perdagangan yang berlangsung di pantai utara Jawa. Pada masa kerajaan mataram, Cilacap merupakan daerah yang buruk, yaitu untuk tempat pembuangan para pembangkang raja. Daerahnya juga berawa-rawa sekaligus sebagai sarang malaria.
B.     Bab I
Sebelum kereta api
Prospek pelabuhan dan kebijakan pemerintah Batavia 1830-1886
Cilacap merupakan kabupaten di karesidenan Banyumas. Disinilah terletak pelabuhan Cilacap. Karesidenan Banyumas dibatasi oleh Karesidenan Priangan di sebelah barat, di sebelah utara terdapat Karesidenan Pekalongan, Karesidenan Bagelen ( Kedu dan Purworejo) di sebelah timur dan Samudera Hindia sebagai batas bagian selatan. Didaerah timur laut yang merupakan batas antara Karesidenan Banyumas dan Kedu terdapat hulu Sungai Serayu yang bermuara di Samudera Hindia. Sehingga dapat dikatakan bahwa Cilacap merupakan jalan keluar arus barang yang berasal dari Priangan Timur, Kedu dan Banyumas. Pelabuhan Cilacap tidak dapat terlepas dari keberadaan pulau Nusakambangan yang melindungi pelabuhan dari keganasan ombak Samudera Hindia. Ditambah dengan perairan disekitar dermaga, Cilacap dikenal sebagai pelabuhan alam yang baik bagi perahu dan kapal besar berlabuh.
Perkembangan Pelabuhan Cilacap didukung dengan adanya daerah pedalaman yang subur dan kaya hasil pertanian. Namun perdagangannya tidak dalam jumlah yang besar dan kegiatannyapun berskala kecil, tidak seperti di pantai utara jawa.
Sebelum adanya kereta api, jaringan komunikasi Pelabuhan Cilacap dengan daerah pedalaman dilakukan dengan jalan darat dan sungai. Sungai-sungai yang berperan pada waktu itu adalah Sungai Serayu, Sungai Clawing (anak Sungai Serayu), Sungai Tajum, Sungai Donan, Sungai Citandui, Sungai Ciboganjing, dan Sungai Cibeureum.
Pelabuhan Cilacap sebelumnya lebih dikenal dengan Pelabuhan Donan, mulai berkembang ketika digunakan untuk kepentingan yang lebih besar setelah produk pemerintah (terutama kopi) harus diekspor ke Eropa. Selain itu juga pemerintah juga mengambil alih perdagangan garam untuk didistribusikan ke daerah pedalaman.
Sejak 1832, kegiatan ekspor sudah mulai dilakukan di Pelabuhan Cilacap. Kopi merupakan barang utama yang diekspor dari Cilacap. Sebelumnya, kopi dari Dayeuhluhur diangkut melalui Kalipucang kemudian dibawa ke Batavia. Tapi untuk menghemat biaya dan menghindari kegagalan pengangkutan kemudian dialihkan ke Cilacap.
Salah satu kendala perkembangan Cilacap adalah tersendat-sendatnya pengangkutan dari muara Sungai Serayu ke pelabuhan. Kendala ini coba diatasi dengan pembangunan Kanal Kali Yoso. Akibatnya ekspor kopi pemerintah di Pulau Jawa terus meningkat hingga tahun 1885.
Pemerintah memberikan perhatian lebih pada Pelabuhan Cilacap karena produksi dari daerah pedalaman, yang merupakan daerah belakang pelabuhan itu sangat besar. Hal ini pula yang mendorong pemerintah meningkatkan Pelabuhan Cilacap sehingga dapat mengembangkan potensi ekonomi daerah sekitarnya. Pada tahun 1847 Pelabuhan Cilacap resmi dibuka bagi kegiatan perdagangan. Meski masih skala kecil, Pelabuhan Cilacap menjadi jalan untuk pengiriman beras dan produk pertanian lain di pantai utara jawa.
Dua belas tahun kemudian pemerintah memperlihatkan keinginan yang kuat untuk menjadikan Pelabuhan Cilacap sebagai pusat perdagangan besar. Menteri colonial Rochussen menjelaskan bahwa alasan membuka Pelabuhan Cilacap, yang rupa-rupanya dijadikan contoh paling baik untuk dasar argumentasi, akan meningkatkan hasil pertanian dan kemakmuran daerah setempat serta mendorong perdagangan beras dan produk lainnya ke daerah utara. Akhirnya disepakati, hanya di tiga pelabuhan dari enam belas di jawa ditujukan untuk ekspor impor, yakni Cirebon, Pasuruan dan Cilacap, sedangkan tiga belas pelabuhan kecil lainnya hanya berfungsi sebagai pelabuhan ekspor.
Pada periode 1860-1862 perolehan cukai pelabuhan Cilacap lebih kecil dibanding tiga tahun sebelumnya. Faktor uatamanya adalah tidak terlibatnya pihak swasta dalam kegiatan ekspor dan impor di pelabuhan ini. penyebab lainnya karena letak Cilacap yang diluar jalur dagang utama pulau jawa (berada di utara), sehingga tidak menarik minat kalangan swasta untuk berniaga disana.
Dalam sistem ekonomi liberal peran pelabuhan sangat penting. Demikian halnya dengan Pelabuhan Cilacap akan berperan besar jika didukung oleh jaringan kereta api yang menghubungkannya dengan Bandung-Batavia dan Yogya-Semarang, serta sarana pelabuhan, seperti dermaga dan akomodasi lainnya. Namun dalam jangka waktu sepuluh tahun perkembangan ekspornya tidak banyak meningkat.
Perkembangan ekspor Cilacap mulai tampak pada periode tahun 1859 sampai tahun 1862/1870. Pada periode  tahun1880-1888 NHM membuka cabang di Cilacap, sehingga mulai tampak peningkatan volume ekspor khususnya kopi. Rendahnya impor Pelabuhan Cilacap disebabkan oleh faktor rendahnya daya beli penduduk. Sebab kedua adalah letak cilacap yang tidak strategis sehingga dipandang oleh pihak importer tidak menguntungkan.


C.    Bab II
Sesudah pembukaan kereta api.
Masa puncak pelabuhan 1887-1930
Kehadiran kereta api dan trem di Jawa dan Sumatera adalah sebagai upaya mengatasi masalah pengangkutan hasil ekspor dari daerah pedalaman. Ketika produk tanaman Cultuurstelsel milik pemerintah, treutama kopi dan indigo melimpah, sarana dan prasarana pengangkutan menjadi masalah pokok. Pengenalan kereta api yang pertama di Jawa Tengah adalah pembuatan rel yang menghubungkan Semarang dengan daerah-daerah kerajaan di pedalaman pada tahun 1867. Pengoperasian kereta api yang menghubungkan Pelabuhan Semarang dengan Yogyakarta sepanjang 169 km itu diserahkan kepada perusahaan swasta bernama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Kereta api Yogya-Cilacap (staatsspoorwegen=SS), lintas ini merupakan yang kedua di Jawa Tengah. Berkat adanya jalur kereta api tersebut, perkembangan pelabuhan cilacap mulai tampak pada akhir tahun 1888. Hasil kopra dari residensi Bagelen Selatan dan Banyumas jadi lebih banyak yang dikirim ke Cilacap untuk diekspor, yang sebelumnya ke Semarang. Salah satu alasan lain pemerintah membuka lintas kereta api Yogya-Cilacap ini adalah untuk memudahkan transportasi gula dari pabrik-pabrik di Yogyakarta.
Sejak jalur kereta api dibuka, kendala mulai muncul ketika pemerintah menghapus subsidi bulanan pelayaran antara Batavia dan Cilacap. Hal ini sangat merugikan kegiatan perdagangan di Cilacap, karena manghambat perkembangan pengiriman ekspor dari Residensi Bagelan dan Banyumas sendiri ke Batavia. Dengan adanya lintas kereta api, terjadi kenaikan pendapatan di beberapa residensi dan stasiun, hal ini terjadi juga di kereta api pemerintah (SS) lintas Yogya-Cilacap. Meski rugi pada awal pembuatannya, tetapi meraih untung pada tahun-tahun berikutnya.
Namun perkembangan tersebut tidak didukung oleh infrastruktur pelabuhan yang memadai.
Selain pembuatan jalur kereta api Yogya-Cilacap, pemerintah memutuskan membuka jalur Trem Uap Lembah Serayu (SDS) pada 5 maret 1884. Trem menghubungkan daerah pedalaman Banyumas di sepanjang Sungai Serayu ke Pelabuhan Cilacap. Jalur ini menjadi penting karena dapat mengurangi biaya angkutan jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan sungai.
Dengan adanya ekploitasi kereta api tahun 1885 pemerintah mulai memperluas kapasitas dermaga, menyediakan derek, gudang-gudang pemerintah dan milik swasta, serta gudang-gudang batu bara. Dari persiapan tersebut tampak bahwa Cilacap berfungsi sebagai pelabuhan tempat menyalurkan barang-barang ke berbagai tujuan. Perbaikan fasilitas pelabuhan lainnya yaitu pengerukkan lumpur di perairan pelabuhan Cilacap. Akan tetapi perbaikan-perbaikan tersebut belum membuahkan hasil. Kapal-kapal masih terlambat membongkar muatan barang di dermaga. Masalah infrastruktur lainnya yaitu perbaikan jalan-jalan di daerah pelabuhan, penyediaan air, pendangkalan permukaan air hingga tarif.
Untuk melancarkan administrasi pelabuhan pemerintah membentuk Commissie van de bijstand in het belang van het beheer van de haven van Tjilatjap pada tahun 1914. Kehadran komisi ini menunjukkan bahwa suatu pelabuhan telah memasukki tingkat kompleksitas yang lebh besar dari pada pelabuhan lain yang tidak memilikinya. Di Jawa hanya ada lima komisi seperti ini yaitu pelabuhan Batavia, Semarang, Surabaya, Cilacap, dan Cirebon.
Pertengahan abad ke 19 Pelabuhan Semarang merupakan pusat ekspor bagi produk pertanian dari pedalaman jawa tengah dan pemasok barang impor dari luar daerah atau negeri. Letak Semarang yang strategis sebenarnya tidak didukung oleh kondisi fisik pelabuhan yang memadai. Keadaan alamnya tdak sempurna untuk kegatan perdagangan. Keuntungan pelabuhan ini berada di jalur pelayaran internasional.
Pelabuhan Cirebon memiliki arti penting dalam kegiatan ekspor impor. Gula merupakan komoditas utamanya. Namun Pelabuhan Cirebon tidak dapat berkembang secara maksimal karena tersaingi oleh Pelabuhan Semarang. Hal ini disebabkan karena lambatnya pemerintah menyediakan modal untuk perluasan fasilitas pelabuhan, bahkan anggaran untuk itu lebih kecil daripada jumlah anggaran Pelabuhan Cilacap.
Persaingan antara Cilacap – Cirebon disebabkan karena kedua pelabuhan tersebut mempunyai daerah belakang yang berbatasan. Pelabuhan Cirebon mempunyai komisi bantuan pelabuhan pada tahun 1924, sedangkan Cilacap sudah sejak sepuluh tahun sebelumnya. Akan tetapi dalam hal impor, Cilacap tidak dapat mengimbangi Cirebon. Meskipun nilai impor Cilacap lebih kecil dari pada Cirebon, tetapi Cilacap mengekspor tiga jenis barang utama, yaitu batubara, garam, dan minyak bumi. Dengan demikian di satu pihak Cilacap bersaing dengan Cirebon dalam bidang  impor, sedangkan di bidang ekspor Pelabuhan Cilacap bersaing dengan Semarang.
Pelabuhan Cilacap merupakan saingan lama Pelabuhan Semarang dari bagian selatan Jawa Tengah. Hal ini terbentuk karena persaingan antara kereta api pemerintah (SS) dan milik swasta (NISM). Konflik dalam kasus ini tampak antara rencana perbaikan Pelabuhan Semarang dan pembukaan kereta api (SS) untuk perkembangan Pelabuhan Cilacap.
Pantai selatan sesungguhnya mempunyai potensi yang dapat dikembangkan pada masa mendatang, tetapi perlu dana besar untuk membangun jalan penghubung. Untuk mengetahui seberapa besar daya tarik Pelabuhan Cilacap bagi pengusaha ekspor impor, peran transportasi tidak dapat dilepaskan. Masalah tarif menjadi penting dalam persaingan. Dalam hal kecepatan memang Pelabuhan Cilacap berada dibawah Semarang, namun tidak demikian dengan biaya angkutan. Jadi meskipun Pelabuhan Cilacap kalah bersaing dengan Semarang, tetapi Cilacap tetap bertahan dan bahkan berada diatas posisi ekspor Pekalongan, Tegal dan Cirebon.
Peran pelabuhan meningkat terutama untuk ekspor dimulai pada dekade pertama abad ke-20. Pada tahun 1915-1919 nilai ekspor sedikit menurun karena krisis akibat Perang Dunia I. namun setelah itu sampai tahun 1920 ekspor naik secara mencolok, pada tahun 1930 menurun kembali. Kenaikan ekspor ini karena fasilitas dermaga dan sarana transportasi (kereta api). Namun kemajuan ekspor tidak diimbangi dengan impor.
Dengan jaringan pelabuhan hingga daerah pedalaman yang lebih luas dibanding Cirebon, Tegal, dan Pekalongan, Cilacap memiliki potensi ekonomi daerah yang besar bagi kegiatan ekspor. Nilai ekspor Cilacap dalam tahun 1914 dua kali lebih besar dari Cirebon. Dengan demikian sudah jelas bahwa nilai ekspor Pelabuhan Cilacap tak tertandingi oleh Cirebon apalagi oleh Pekalongan dan Tegal kecuali Semarang. Jadi dapat dikatakan bahwa posisi ekspor Cilacap nomor dua setelah Semarang di Jawa Tengah dan nomor empat setelah Batavia, Surabaya dan Semarang di Jawa.
Nilai ekspor dan impor pelabuhan Cilacap tidaklah seimbang, hal ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu: pertama, karena letak geografis yang tidak menguntungkan. Kedua, kondisi jalan raya yang buruk, yang menghubungkan pelabuhan Cilacap dengan daerah pedalamannya. Ketiga, rendahnya daya beli penduduk.