Kamis, 03 Maret 2011

paper sejarah indonesia kontemporer (supersemar)


UNNES
TUGAS INDIVIDU
SUPERSEMAR
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Kontemporer
Dosen Pengampu : Insan Fahmi Siregar, M. Hum


Oleh:
Fajar P. Kinasih
310107068
01


JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
SUPERSEMAR
Supersemar merupakan singkatan dari surat perintah sebelas maret sebab surat ini memang dibuat pada tanggal 11 maret 1966. Supersemar adalah suatu surat perintah yang dibuat pada tanggal 11 Maret  1966 dan ditanda tangani oleh presiden Soekarno yang ditujukan kepada Suharto yang isinya adalah :
Memutuskan dan memerintahkan: kepada Letnan Jenderal Soeharto, Menteri Panglima Angkatan Darat untuk atas nama Presiden/Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi:
1.      Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pimpinan Besar Revolusi.
2.      Mengadakan koordinasi pelaksanaan pemerintah dengan panglima-panglima angkata lain dengan sebaik-baiknya.
3.      Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut diatas.

Supersemar masih merupakan misteri hingga sekarang ini, sebab keberadaan bukti dan saksi yang tidak memadai. Dengan keadaan semacam ini sehingga muncul banyak versi yang menanggapi tentang seputar kotroversi surat perintah ini.
Versi-versi yang selama ini diajarkan di buku-buku sejarah merupakan versi yang dikeluarakan oleh Markas Besar Angkatan Darat (AD). Berdasarkan versi resmi ini, pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengadakan sidang pelantikan kabinet 100 menteri tanpa dihadiri Soeharto dengana alasan sakit. Kemudian karena situasi keamanan belum stabil, Presiden bersama Wakil perdana Menteri I Soebandrio dan Wakil Perdana Menteri III Chaerul Saleh ke Bogor.
Kemudian Mayor Jendral Soeharto mengutus tiga orang perwira tinggi (AD) ke Bogor untuk menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor yakni Brigadir Jendral M. Jusuf, Brigadir Jendral Amir Machmud dan Brigadir Jendral Basuki Rahmat. Setibanya di Istana Bogor, pada malam hari, terjadi pembicaraan antara tiga perwira tinggi AD dengan Presiden Soekarno mengenai situasi yang terjadi dan ketiga perwira tersebut menyatakan bahwa Mayjend Soeharto mampu mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan bila diberikan surat tugas atau surat kuasa yang memberikan kewenangan kepadanya untuk mengambil tindakan. Lalu dibuatkah surat perintah oleh Presiden Sukarno yang ditujukan pada Suharto yang pada saat itu menabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban.
Hal yang menjadikan supersemar masih menjadi kontroversi adalah isi dari surat perintah itu sendiri. Hal ini lebih dirumitkan lagi dengan hilangnya naskah supersemar beberapa tahun setelah naskah tersebut dibuat. Selain itu juga karena para saksi sejarah tentang surat perintah ini telah meninggal dunia. Menurut M. Jusuf, supersemar memiliki dua versi yang isinya berbeda. Penjelasannya yang berubah-ubah menambah hal ini semakin membingungkan. Ia awalnya menyebutkan Supersemar hanya satu rangkap, namun kemudian kepada Yusuf Kalla ia menyebutkan tiga rangkap. Menurut Ben Anderson, oleh seorang tentara yang pernah bertugas di Istana Bogor. Tentara tersebut mengemukakan bahwa Supersemar diketik di atas surat yang berkop Markas besar Angkatan Darat, bukan di atas kertas berkop kepresidenan. Inilah yang menurut Ben menjadi alasan mengapa Supersemar hilang atau sengaja dihilangkan.
Dengan turunnya Supersemar tersebut dianggap sebagai tonggak awal orde baru yang bertekad untuk meletakkan kembali landasan konstitusional dan kewibawaan pemerintah. Dengan turunnya supersemar pula menjadikan Soeharto untuk berkuasa penuh ketika itu hingga akhirnya dapat merebut kekuasaan.

DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Insan Fahmi. 2008. Sejarah Indonesia Kontemporer. Semarang
http://yulian.firdaus.or.id/2005/03/11/supersemar/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar